PIALA PRESIDEN
VS ASAP RIAU
Minggu, 18
Oktober 2015 21:33 WIB
Hadapi Final
Piala Presiden Jakarta Siaga 1, Warga Riau Merasa Kecewa
PEKANBARU,
DELIKRIAU – Mengatisipasi saat pertandingan final Piala Presiden, mala ini,
Polda Metro Jaya memberlakukan status siaga 1 dengan mengerahkan puluhan ribu
aparat keamanan. Sikap pihak kepolisian ini kontan menimbulkan reaksi negatif
masyarakat Sumatera dan Kalimantan yang hingga kini masih berjuang melawan
asap.
Tak
heran jika kemudian meme sindiran pun muncul di media sosial yang membandingkan
status Jakarta dengan status kabut asap yang telah membuat rakyat Sumatera dan
Kalimantan sengsara.
“Jadi
semakin tinggi jabatanmu! Bukan untuk menyepelekan masyarakat yang ada
dibawahmu! Pertandingan BOLA bisa siaga 1, kami menghirup oksigen gratis yang
diberikan tuhan kau biarkan terkontaminasi.” Kritik netizen Pekanbaru, Harini.
Kekesalan
lain juga diungkapkan Azizon atas respon berlebihan pihak negara untuk
mengamankan pertandingan sepak bola antar kampong tersebut. Bahkan Azizon
sampai membuat puisi yang berjudul “KAU ANGGAP APA KAMI INI, HOI “JAKARTA”?
Netizen
lain, Fakhrurozi pun mendoakan agar asap menyerbu Jakarta agar Presiden dan
pejabat negara ikut merasakan derita warga Sumatera dan Kalimantan. “Semoga
saja tuhan berkehendak dan memindahkan asap Sumatera dan Kalimantan ke Jakarta
dan Jawa. Mari kita sama nikmati ya”.
Wali
Kota Bandung Riwan Kamil sempat menyindir persiapan menyambut final Piala
Presiden 2015 ini seperti akan menyambut perang. “saya kalau boleh minta, Pak
Kapolda, kalau bisa jangan setiap tahun seperti ini. Kita seperti akan
menghadapi perang saja. Padahal, ini sepak bola, seharusnya dihadapi dengan
kegembiraan, bukan dengan ketakutan,” ujarnya.(sab@)
Tanggapan
pribadi
Seperti
yang sudah kita ketahui, ramai diperbincangkan masalah final Piala Presiden dan
juga kebakaran hutan yang mengakibatkan kabut asap di Sumatera dan Kalimantan.
Hal tersebut mengundang reaksi negatif semua masyarakat Indonesia terutama masyarakat
Sumatera dan Kalimantan terhadap kinerja
pemerintah dalam menanggapi peristiwa tersebut.
Untuk
menanggapi kedua masalah diatas, sebaiknya kita tidak terburu-buru untuk
langsung menghujat kinerja pemerintah yang terkesan cuek-cuek saja terhadap
peristiwa yang terjadi di Sumatera dan Kalimantan. Mari kita telaah sedikit
apakah pemerintah memang patut disalahkan.
Pertama
saya melihat kasus final Piala Presiden. Apakah memang perlu memberlakukan
siaga satu? Karena menurut bapak Walikota Bandung bapak Ridwan Kamil, “seperti
kita akan menghadapi perang saja.”. Terlebih lagi biaya yang dikeluarkan
tidaklah murah. Seperti yang dikutip bolaliga.org, biaya yang dikeluarkan untuk
mengamankan acara tersebut diperkirakan lebih dari 5 milyar. Sungguh nominal
yang fantastis bagi sebuah keamanan turnamen sepakbola dalam negeri.
Berikutnya
mari melihat kasus kabut asap yang terjadi di Sumatera dan Kalimantan. Seperti
kita ketahui, kabut asap yang terjadi di Sumatera dan Kalimantan merupakan
kejadian musiman. Karena musiman, sudah pasti kebakaran tersebut terjadi
berulang-ulang. Belum lagi peristiwa tersebut melibatkan beberapa perkebunan
kelapa sawit di Sumatera yang merupakan wilayah perkebunan kelapa sawit
terbesar di Indonesia. Apakah hal tersebut tidak terasa janggal? Kok bisa?
Menurut beberapa sumber kejadian tersebut melibatkan peran perusahaan kelapa
sawit sebagai cara untuk “buka lahan”. Hal tersebut jelas illegal dan dapat
dijerat hukuman sesuai UU No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Dari
kedua kasus diatas, dapat saya simpulkan bahwa pertama, pemerintah perlu untuk
mengamankan jalannya final Piala Presiden untuk mengamankan kemungkinan hal terburuk
yang akan terjadi. Tetapi, tindakan tersebut sangat berlebihan dan rasanya
tidak perlu. Mungkin dana yang berlebihan itu dapat dialokasikan untuk membantu
para korban bencana kabut asap yang melanda sumatera dan Kalimantan.
Kedua, seharusnya pemerintah bertindak tegas dan lugas dalam menindak lanjuti perusahaan-perusahaan yang terbukti bersalah yang mengakibatkan menjalarnya titik api di sejumlah wilayah di Sumatera dan Kalimantan agar tidak menimbulkan reaksi negatif dari masyarakat.
Kedua, seharusnya pemerintah bertindak tegas dan lugas dalam menindak lanjuti perusahaan-perusahaan yang terbukti bersalah yang mengakibatkan menjalarnya titik api di sejumlah wilayah di Sumatera dan Kalimantan agar tidak menimbulkan reaksi negatif dari masyarakat.
Marilah
kita saling membantu untuk menyelesaikan masalah yang sedang melanda Indonesia.
Jangan berpikir sebelah mata, buka mata lebar-lebar, saling membantu dan jangan
saling menjatuhkan.
Sumber:
http://bolaliga.org/fantastisbiaya-keamanan-final-piala-presiden-diperkirakan-lebih-dari-5-milyar/
http://news.okezone.com/read/2015/10/09/337/1229136/korporasi-aktor-utama-penyebab-bencana-kabut-asap
Tidak ada komentar:
Posting Komentar