Pengaruh Kebudayaan Jepang di Indonesia
Bidang kebudayaan Jepang sebagai
Negara fasis selalu berusaha untuk menanamkan kebudayaannya. Salah satu cara
Jepang adalah kebiasaan menghormat kearah matahari terbit (Seikeirei). Tradisi
Seikeirei yaitu membungkukkan badan kearah matahari terbit sebagai wujud
penghormatan Kaisar Jepang dan Dewa Matahari. Penghormatan Seikeirei ini,
biasanya diikuti dengan menyanyikan lagu kebangsaan Jepang (Kimigayo). Tidak semua
rakyat Indonesia dapat menerima kebiasaan ini, khususnya dari kalangan Agama.
Penerapan Seikerei ini ditentang umat Islam. Salah satunya perlawanan yang
dilakukan KH. Zainal Mustafa, seorang pemimpin pondok pesantren Sukamanah Jawa
Barat. Peristiwa ini dikenal dengan peristiwa Singaparna.
Pengaruh Jepang dibidang kebudayaan
lebih banyak dalam lagu-lagu, film, drama yang seringkali dipakai untuk
propa-ganda. Banyak lagu Indonesia diangkat dari lagu Jepang yang popular pada
jaman Jepang. Iwa Kusuma Sumantri dari buku “Sang Pejuang dalam Gejolak
Sejarah” menulis “kebiasaan-kebiasaan dan kepercayaan-kepercayaan yang sangat
merintangi kemajuan kita, mulai berkurang”.
Pada masa pendudukan Jepang, bahasa
Indonesia diizinkan digunakan dalam komunikasi. Sebaliknya, bahasa Belanda
tidak boleh digunakan. Papan nama dalam toko, rumah makan, atau perusahaan yang
berbahasa Belanda diganti dengan bahasa Indonesia atau bahasa Jepang. Surat
kabar dan film yang berbahasa Belanda dilarang beredar. Serta berkembangnya
tradisi kerja bakti secara missal melalui kinrohosi/ tradisi kebaktian didalam
masyarakat Indonesia. Adanya tradisi kebaktian, kerja keras dan ulet dalam
mengerjakan tugas. Nilai tradisi Jepang dan kemiliterannya melalui semangat
Bushido (semangat ksatria Jepang akan dapat anda ketahui dari analisa aspek
militer).
Bangsa kita yang telah
bertahun-tahun digembleng oleh penjajah Belanda untuk selalu ‘nun inggih’ kini
telah berbalik menjadi pribadi yang berkeyakinan tinggi, sadar akan harga diri
dan kekuatannya. Juga cara-cara menangkap ikan, bertani, dan lain-lain telah
mengalami pembaharuan-pembaharuan berkat didikan yang diberikan Jepang kepada
bangsa Indonesia, walaupun bangsa Indonesia pada waktu itu tidak secara sadar
mengisafinya.
Untuk anak-anak sekolah diberikan
latihan-latihan olahraga yang dinamai Taiso,
sangat baik untuk kesehatan mereka itu. Saya kira kebiasaan sehari-hari
yang tertentu (misalnya senin) bagi anak-anak sekolah maupun untuk para pegawai
atau buruh untuk menghormati bendera kita (merah putih) serta pula menyanyi-kan
lagu kebangsaan atau lagu-lagu nasional merupakan kebiasaan yang diwariskan
Jepang kepada bangsa Indonesia.
Pada masa pendudukan Jepang, seluruh
media komunikasi dikendalikan oleh pemerintah militer sehingga sebagian besar tulisan
sastra diperuntukan bagi kepentingan penguasa. Kendati mengundang unsure-unsur
semangat patriotism dan semangat kerja keras, tetapi semuanya diperuntukan bagi
pemujaan terhadap Dai Nippon. Didirikan pusat kebudayaan yang bernama Keimin
Bunka Shidosho di Jakarta pada tanggal 1 April 1943. Melalui pusat kebudayaan
ini, pemerintah Jepang hendak menanamkan dan menyebarluaskan seni budaya
Jepang.
Dalam bidang kebudayaan Jepang telah
memaksakan unsure-unsur kebudayaan (Japonisasi) untuk menggantikan kebudayaan
Barat. Disatu sisi ada positifnya, yaitu perkembangan bahasa dan sastra
Indonesia diberi kesempatan untuk berkembang melalui Seikeirei, Kinrohosi dan
penggunaan bahasa Jepang. Khusus pada bidang pendidikan penggunaan bahasa
Jepang dan Indonesia menjadi bahasa pengantar dalam pengajaran.
Kesimpulan
dampak positif di Bidang Kebudayaan :
1.
Bahasa
Indonesia aktif digunakan sebagai bahasa pengantar.
2.
Bahasa
Belanda dilarang digunakan.
3.
Pengaruh
Jepang dalam kebudayaan terlihat dalam lagu, film dan drama sebagai alat
propaganda mereka.
4.
Terbit
Koran berbahasa Jepang dan Bahasa Indonesia.
5.
Film
dengan bahasa Belanda dilarang.
6.
Diberlakukan
tradisi Seikeirei.
7.
Berkembangnya
tradisi kerja bakti secara missal melalui Kinrohosi/ tradisi kebaktian didalam
masyarakat Indonesia.
8.
Anak-anak
sekolah diberikan latihan olahraga Taiso yang baik untuk kesehatan mereka.
9.
Setiap
pagi hari bagi anak-anak sekolah maupun para pegawai wajib untuk menghormati
bendera (merah putih) dan menyanyikan lagu kebangsaan nasional.
10. Digunakannya
nama-nama berbau Barat yang diindonesiakan, seperti Java menjadi Jawa, Batavia
menjadi Betawi, MeesterCornelis menjadi Jatinegara, Buitenzorg menjadi Bogor,
Preanger menjadi Priangan.
Pendapat
pribadi :
Jepang sebagai Negara fasis selalu
berusaha menanamkan kebudayaannya. Hal ini semakin terlihat dengan
berkembangnya teknologi yang ada dengan Jepang sebagai salah satu Negara
terbesar pencipta teknologi. Meski dipandang banyak memberikan banyak manfaat,
perkembangan teknologi menjadi salah satu faktor yang menyebabkan budaya lokal
ditinggalkan. Salah satu contohnya adalah mulai tergantikannya permainan
tradisional oleh permainan yang lebih modern. Anak-anak kecil lebih memilih
permainan modern seperti Playstation, Nintendo, dan masih banyak lagi. Padahal permainan
tradisional memiliki banyak sekali kelebihan dibandingkan dengan permainan
modern. Masuknya budaya tersebut tidak disaring oleh masyarakat sehingga
menciptakan suatu budaya baru dan diterima secara mentah.
Sumber
:
https://wilda007physics.wordpress.com/2013/12/27/pengaruh-kebudayaan-jepang-di-indonesia/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar