Kamis, 05 November 2015

Pengaruh Kebudayaan Jepang di Indonesia

Pengaruh Kebudayaan Jepang di Indonesia

            Bidang kebudayaan Jepang sebagai Negara fasis selalu berusaha untuk menanamkan kebudayaannya. Salah satu cara Jepang adalah kebiasaan menghormat kearah matahari terbit (Seikeirei). Tradisi Seikeirei yaitu membungkukkan badan kearah matahari terbit sebagai wujud penghormatan Kaisar Jepang dan Dewa Matahari. Penghormatan Seikeirei ini, biasanya diikuti dengan menyanyikan lagu kebangsaan Jepang (Kimigayo). Tidak semua rakyat Indonesia dapat menerima kebiasaan ini, khususnya dari kalangan Agama. Penerapan Seikerei ini ditentang umat Islam. Salah satunya perlawanan yang dilakukan KH. Zainal Mustafa, seorang pemimpin pondok pesantren Sukamanah Jawa Barat. Peristiwa ini dikenal dengan peristiwa Singaparna.

            Pengaruh Jepang dibidang kebudayaan lebih banyak dalam lagu-lagu, film, drama yang seringkali dipakai untuk propa-ganda. Banyak lagu Indonesia diangkat dari lagu Jepang yang popular pada jaman Jepang. Iwa Kusuma Sumantri dari buku “Sang Pejuang dalam Gejolak Sejarah” menulis “kebiasaan-kebiasaan dan kepercayaan-kepercayaan yang sangat merintangi kemajuan kita, mulai berkurang”.

            Pada masa pendudukan Jepang, bahasa Indonesia diizinkan digunakan dalam komunikasi. Sebaliknya, bahasa Belanda tidak boleh digunakan. Papan nama dalam toko, rumah makan, atau perusahaan yang berbahasa Belanda diganti dengan bahasa Indonesia atau bahasa Jepang. Surat kabar dan film yang berbahasa Belanda dilarang beredar. Serta berkembangnya tradisi kerja bakti secara missal melalui kinrohosi/ tradisi kebaktian didalam masyarakat Indonesia. Adanya tradisi kebaktian, kerja keras dan ulet dalam mengerjakan tugas. Nilai tradisi Jepang dan kemiliterannya melalui semangat Bushido (semangat ksatria Jepang akan dapat anda ketahui dari analisa aspek militer).

            Bangsa kita yang telah bertahun-tahun digembleng oleh penjajah Belanda untuk selalu ‘nun inggih’ kini telah berbalik menjadi pribadi yang berkeyakinan tinggi, sadar akan harga diri dan kekuatannya. Juga cara-cara menangkap ikan, bertani, dan lain-lain telah mengalami pembaharuan-pembaharuan berkat didikan yang diberikan Jepang kepada bangsa Indonesia, walaupun bangsa Indonesia pada waktu itu tidak secara sadar mengisafinya.

            Untuk anak-anak sekolah diberikan latihan-latihan olahraga yang dinamai Taiso, sangat baik untuk kesehatan mereka itu. Saya kira kebiasaan sehari-hari yang tertentu (misalnya senin) bagi anak-anak sekolah maupun untuk para pegawai atau buruh untuk menghormati bendera kita (merah putih) serta pula menyanyi-kan lagu kebangsaan atau lagu-lagu nasional merupakan kebiasaan yang diwariskan Jepang kepada bangsa Indonesia.

            Pada masa pendudukan Jepang, seluruh media komunikasi dikendalikan oleh pemerintah militer sehingga sebagian besar tulisan sastra diperuntukan bagi kepentingan penguasa. Kendati mengundang unsure-unsur semangat patriotism dan semangat kerja keras, tetapi semuanya diperuntukan bagi pemujaan terhadap Dai Nippon. Didirikan pusat kebudayaan yang bernama Keimin Bunka Shidosho di Jakarta pada tanggal 1 April 1943. Melalui pusat kebudayaan ini, pemerintah Jepang hendak menanamkan dan menyebarluaskan seni budaya Jepang.

            Dalam bidang kebudayaan Jepang telah memaksakan unsure-unsur kebudayaan (Japonisasi) untuk menggantikan kebudayaan Barat. Disatu sisi ada positifnya, yaitu perkembangan bahasa dan sastra Indonesia diberi kesempatan untuk berkembang melalui Seikeirei, Kinrohosi dan penggunaan bahasa Jepang. Khusus pada bidang pendidikan penggunaan bahasa Jepang dan Indonesia menjadi bahasa pengantar dalam pengajaran.

Kesimpulan dampak positif di Bidang Kebudayaan :

1.      Bahasa Indonesia aktif digunakan sebagai bahasa pengantar.
2.      Bahasa Belanda dilarang digunakan.
3.      Pengaruh Jepang dalam kebudayaan terlihat dalam lagu, film dan drama sebagai alat propaganda mereka.
4.      Terbit Koran berbahasa Jepang dan Bahasa Indonesia.
5.      Film dengan bahasa Belanda dilarang.
6.      Diberlakukan tradisi Seikeirei.
7.      Berkembangnya tradisi kerja bakti secara missal melalui Kinrohosi/ tradisi kebaktian didalam masyarakat Indonesia.
8.      Anak-anak sekolah diberikan latihan olahraga Taiso yang baik untuk kesehatan mereka.
9.      Setiap pagi hari bagi anak-anak sekolah maupun para pegawai wajib untuk menghormati bendera (merah putih) dan menyanyikan lagu kebangsaan nasional.
10.  Digunakannya nama-nama berbau Barat yang diindonesiakan, seperti Java menjadi Jawa, Batavia menjadi Betawi, MeesterCornelis menjadi Jatinegara, Buitenzorg menjadi Bogor, Preanger menjadi Priangan.

Pendapat pribadi :

Jepang sebagai Negara fasis selalu berusaha menanamkan kebudayaannya. Hal ini semakin terlihat dengan berkembangnya teknologi yang ada dengan Jepang sebagai salah satu Negara terbesar pencipta teknologi. Meski dipandang banyak memberikan banyak manfaat, perkembangan teknologi menjadi salah satu faktor yang menyebabkan budaya lokal ditinggalkan. Salah satu contohnya adalah mulai tergantikannya permainan tradisional oleh permainan yang lebih modern. Anak-anak kecil lebih memilih permainan modern seperti Playstation, Nintendo, dan masih banyak lagi. Padahal permainan tradisional memiliki banyak sekali kelebihan dibandingkan dengan permainan modern. Masuknya budaya tersebut tidak disaring oleh masyarakat sehingga menciptakan suatu budaya baru dan diterima secara mentah.


Sumber :



https://wilda007physics.wordpress.com/2013/12/27/pengaruh-kebudayaan-jepang-di-indonesia/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar