Rabu, 20 Januari 2016

Tulisan 4 Perilaku Konsumen

TINGGINYA TINGKAT KONSUMSI MASYARAKAT INDONESIA TERHADAP BARANG IMPOR

Seperti kita ketahui bangsa Indonesia merupakan bangsa yang konsumtif. Maka dari itu, banyak negara asing menjadikan Indonesia sebagai pasar untuk memasarkan produk mereka. Hal ini wajar adanya karena barang yang dipasarkan di Indonesia kebanyakan mendapatkan respon yang positif dari konsumen di Indonesia.

Terbukti dengan menjamurnya barang-barang impor di Indonesia. Tidak hanya barang-barang mewah saja yang di impor dari luar negeri, barang-barang primer pun banyak yang diimpor dari  luar negeri. Tidak hanya menjamur, namun barang-barang tersebut laku di pasaran. Menurut data dari BPS (Badan Pusat Statistik) impor nonmigas Januari 2014 sebesar US$11,36 miliar, naik 1,13 persen disbanding Desember 2013.

Dengan menawarkan harga yang relatif terjangkau, masyarakat Indonesia dimanjakan dengan adanya barang-barang impor. Hal ini tentu saja menyebabkan masyarakat Indonesia lebih memilih untuk membeli atau mengkonsumsi barang-barang impor daripada barang-barang buatan Indonesia.

Pola konsumsi masyarakat Indonesia saat ini dikatakan sebagai alat penopang pertumbuhan ekonomi. Indonesia patut merasa senang dengan prestasi ini. Banyak perusahaan asing berinvestasi dan memiliki ekspektasi positif terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia di masa mendatang. Namun disisi lain, perilaku konsumtif ini berpeluang besar membawa Indonesia pada keterpurukan akibat impor berlebih, pada akhirnya apabila jumlah impor tidak terkendali, akan terjadi perlambatan ekonomi dan tidak menutup kemungkinan PDB akan menurun drastis. Cara-cara yang dilakukan pemerintah sejauh ini untuk menekan impor belum memberikan hasil yang signifikan, malah sebaliknya.

Masyarakat Indonesia konsumtif, tentunya ada pihak-pihak yang senang karena merasa diuntungkan seperti para importir, ada juga pihak-pihak yang merasa sedih karena merasakan dampaknya seperti pengusaha kecil yang belum mampu bersaing dengan harga barang impor. Pemerintah sebagai pengambil keputusan dan kebijakan yang seharusnya pro rakyat, malah terkesan mematikan potensi rakyat kecil.

Masyarakat yang konsumtif ditambah dengan sebagian besar produk dalam negeri yang belum mampu bersaing dengan produk luar, membuat Indonesia akan semakin terpuruk. Barang dan jasa dari luar negeri akan semakin banyak beredar di Indonesia, sementara pendapatan per kapita meningkat sehingga daya beli masyarakat semakin tinggi terhadap produk luar tersebut dan produk dalam negeri akan tergusur perlahan.

Hal yang seharusnya dilakukan bukannya menjelek-jelekan produk Indonesia, tetapi bangga menggunakan dan mengkonsumsinya. Jika ada yang kurang dengan produk Indonesia, bukan mencibir saja, namun buatlah inovasi dan memberikan solusi supaya produk Indonesia lebih baik lagi. Apabila bangsa Indonesia bisa menghargai dan bangga terhadap produk dalam negeri, bangsa lain pun akan bangga dan mengapresiasi.


Sumber :


http://www.jemberpost.com/opini/masyarakat-indonesia-konsumtif-harus-senang-atau-sedih/


Tugas 11 Perilaku Konsumen

Pengaruh Perubahan Situasi Terhadap Perilaku Konsumen

Kondisi sesaat yang muncul pada tempat dan waktu tertentu adalah faktor situasional. Yang mana kemunculannya terpisah dari diri produk maupun konsumen. Mendefinisikan situasi sebagai semua faktor yang utama terhadap tempat dan situasi yang tidak menurut pengetahuan seseorang (intra individu) dan stimulasi (alternatif pilihan) dan memiliki bukti dan pengaruh sistimatis pada perilaku saat itu.

Pengaruh situasional adalah sesaat yang tidak berasal dari dalam diri seseorang atau berasal dari produk atau merek yang dipasarkan. Pengaruh situasional adalah kondisi sesaat yang muncul tiba – tiba yang mana kemunculannya tidak dari dalam diri orang tersebut maupun dari merek suatu barang, yang mana dalam hal tersebut terdapat stimulus yang sangat kuat untuk mempengaruhi orang melakukan kegiatan konsumsi. Pengaruh situasi sangatlah berpengaruh terhadap perilaku konsumen dalam mengambil keputusan untuk membeli suatu barang atau produk.

Berikut ada lima karakteristik situasi konsumen yaitu :

Lingkungan fisik

Sarana fisik yang menggambarkan situasi konsumen yang meliputi lokasi, dekorasi, aroma, cahaya, cuaca dan objek fisik lainnya yang ada disekeliling konsumen.

Lingkungan sosial

Kehadiran dan ketidakhadiran orang lain pada situasi tersebut.

Waktu

Saat perilaku muncul (jam, hari, musim libur, bulan puasa, tahun baru). Waktu mungkin diukur secara subjektif berdasarkan situasi konsumen.

Tujuan

Harapan yang ingin dicapai pada suatu situasi. Misalkan konsumen yang berbelanja untuk acara keluarga di rumah akan menghadapi situasi berbeda dibandingkan belanja untuk kebutuhan sendiri.

Suasana hati

Kondisi jiwa yang sesaat (misalnya perasaan khawatir, tergesa-gesa, sedih, marah) yang dibawa pada suatu situasi.

Situasi konsumen

Situasi konsumen adalah faktor lingkungan sementara yang menyebabkan suatu situasi dimana perilaku konsumen muncul pada waktu tertentu dan tempat tertentu.

Jenis – jenis situasi konsumen :

Situasi komunikasi

Situasi komunikasi dapat didefinisikan sebagai latar dimana konsumen dihadapkan kepada komunikasi pribadi atau nonpribadi. Komunikasi pribadi akan mencakupi percakapan yang mungkin diadakan oleh konsumen dengan orang lain, seperti wiraniaga atau sesama konsumen. Komunikasi nonpribadi akan melibatkan spektrum luas stimulus, seperti iklan dan program serta publikasi yang berorientasi konsumen.

Situasi pembelian

Situasi pembelian mengacu pada latar dimana konsumen memperoleh produk dan jasa. Pengaruh situasi sangat lazim selama pembelian. Sebagai contoh yang sederhana, pertimbangan perubahan hebat dalam kepekaan konsumen akan harga dimana situasi pembelian. Penjual makanan akan merasa sangat sulit untuk membebankan harga yang dibayar konsumen untuk soda dan jajanan dibioskop atau stadion baseball.

Situasi pemakaian

Jenis selebihnya dari situasi konsumen adalah situasi pemakaian dimana mengacu pada latar dimana konsumsi terjadi. Dalam banyak kejadian situasi pembelian dan pemakaian sebenarnya sama, tetapi konsumsi produk kerap kali terjadi didalam latar yang sangat jauh, baik secara fisik maupun temporal, dari latar dimana produk diperoleh.

Interaksi orang – situasi

Secara implisit mengasumsikan bahwa semua konsumen berespons dengan cara yang sama terhadap situasi tertentu. Namun, kenyataannya tidak harus demikian. Walaupun sebagai konsumen mungkin sangat dipengaruhi oleh variasi situasi, yang lain mungkin sering terbukti agar tidak peka.

Pengaruh situasi tidak terduga

Pemasar kadang bertanya kepada konsumen target mengenai maksud pembelian mereka untuk meramalkan permintaan produk pada masa dating. Walaupun maksud pembelian dapat, dalam kondisi yang tepat, bersifat prediktif mengenai perilaku masa dating, satu ancaman besar terhadap daya prediktif mereka adalah gangguan yang disebabkan oleh pengaruh situasi yang tak terduga. Sebagai contoh, seseorang konsumen mungkin sepenuhnya mengantisipasikan pembelian merek kripik kentang tertentu selama kunjungan yang berikutnya ke toko makanan. Namun maksud pembelian ini mungkin tidak terpenuhi bila produk tersebut habis atau bila ada merek lain dengan kualitas sama dijual di sana. Sebaliknya, seorang konsumen mungkin tidak berniat untuk membeli suatu produk sewaktu disurvei pada waktu tertentu. Namun pembelian berikutnya mungkin terjadi karena semacam kejadian yang tidak diantisipasikan (misalnya, orang yang bukan peminum kopi membeli kopi untuk orang tuannya yang suka minum kopi).


Sumber :


http://dark-rendezvous.blogspot.co.id/2013/01/pengaruh-situasi-terhadap-perilaku.html

Selasa, 19 Januari 2016

Tugas 10 Perilaku Konsumen

Pengaruh Keluarga Dalam Keputusan Membeli

Keluarga dapat mempengaruhi perilaku konsumen. Keluarga adalah organisasi pembelian konsumen yang paling penting dalam masyarakat. Keputusan pembelian keuarga, tergantung pada produk, iklan dan situasi. Seseorang umumnya berpartisipasi dalam kelompok selama hidupnya-keluarga, klub, organisasi. Posisi seseorang dalam setiap kelompok dapat diidentifikasikan dalam peran dan status. Setiap peran membawa status yang mencerminkan penghargaan yang diberikan oleh masyarakat. Para anggota keluarga dapat mempengaruhi dengan kuat terhadap perilaku membeli.

Keluarga dan Rumah Tangga

Ada banyak faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen dan proses pengambilan keputusannya dalam pembelian suatu barang misalnya keluarga, rumah tangga dan situasi kapan barang tersebut benar – benar dibutuhkan.

Model Tingkah Laku Membeli :

Karakteristik yang mempengaruhi tingkah laku konsumen
1. Perangsang
2. Penjualan
3. Produk
4. Harga
5. Tempat
6. Promosi
7. Perangsang dan lain – lain

Penentuan Keputusan Pembelian pada Suatu Keluarga

Keluarga memiliki pendapatan rata – rata yang lebih tinggi dibandingkan dengan rumah tangga karena jumlah yang lebih banyak dari individu yang bekerja di dalam keluarga. Untuk keluarga maupun rumah tangga, keempat variabel struktural yang paling memberi dampak pada keputusan pembelian dan yang demikian paling menarik bagi pemasar adalah usia, kepala rumah tangga atau keluarga, status perkawinan, kehadiran anak, dan status pekerjaan. Keluarga adalah sama dengan perusahaan. Keluarga adalah organisasi yang terbentuk untuk mencapai fungsi tertentu yang lebih efektif dibandingkan individu yang hidup sendiri. Fungsi yang paling jelas bahwa dua orang dapat mencapai lebih baik daripada satu orang adalah mempunyai anak. Walaupun analisis konsumen mungkin tidak mempunyai opini mengenai apakah keluarga harus mempunyai anak atau tidak. Konsekuensi ekonomi dengan hadirnya anak menciptakan struktur permintaan akan pakaian, makanan, perabot, rumah, perawatan kesehatan, pendidikan dan produk lain. Anak di dalam keluarga dapat menyebabkan menurunnya permintaan akan produk lain, seperti perjalanan, restoran, pakaian orang dewasa dan banyak barang yang bebas pilih.

Tipe – tipe perilaku pembelian menurut Wilkie (1990), tipe perilaku konsumen dalam melakukan pembelian dikelompokkan menjadi empat berdasarkan tingkat keterlibatan pembeli dan tingkat keterlibatan diferensiasi merek, yang dijelaskan sebagai berikut :

a. Budget allocation (pengalokasian budget)
Pilihan konsumen terhadap suatu barang dipengaruhi oleh cara bagaimana membelanjakan atau menyimpan dana yang tersedia, kapan waktu yang tepat untuk membelanjakan uang dan apakah perlu melakukan peminjaman untuk melakukan pembelian.

b. Product purchase or not (pemilihan produk atau tidak)
Perilaku pembelian yang menggambarkan pilihan yang dibuat oleh konsumen, berkenaan dengan tiap kategori produk atau jasa itu sendiri.

c. Store patronage (pemilihan tempat untuk mendapatkan produk)
Perilaku pembelian berdasarkan pilihan konsumen, berdasarkan tempat atau dimana konsumen akan melaksanakan pembelian produk atau jasa tersebut.

d. Brand and style decision (keputusan atas merek dan gaya)
Pilihan konsumen untuk memutuskan secara terperinci mengenai produk apa yang sebenarnya ingin dibeli.

Family Life Cycle (FLC)

Konsep family life cycle merupakan alat untuk menggambarkan serangkaian tahap perkembangan kebanyakan keluarga. Untuk menggambarkan realitas berbagai macam tatanan keluarga dan gaya hidup sekarang maka konsep family life cycle dapat dibagi dua :

Skema Family Life Cycle Tradisional
Tahap 1, masa lajang, orang muda lajang hidup terpisah dari orang tua.
Tahap 2, pasangan yang berbulan madu.
Tahap 3, orang tua, mempunyai satu anak dan tinggal serumah.
Tahap 4, pasca orang tua, suami istri yang sudah tua, anak – anak tidak tinggal serumah.
Tahap 5, disolusi, seorang suami atau istri yang masih hidup.

Tahap – tahap Family Life Cycle Alternatif
Rumah tangga keluarga terdiri dari, pasangan yang tidak punya anak, pasangan yang terlambat menikah, orang tua tunggal dan keluarga diperluas.

Rumah tangga bukan keluarga yaitu pasangan tidak menikah, pasangan bercerai tanpa anak, orang lajang, dan janda atau duda yang sudah tua.


Sumber :

http://laelatulafifah.blogspot.co.id/2013/12/pengaruh-keluarga-dan-rumah-tangga.html

http://aindapryl.blogspot.co.id/2014/12/pengaruh-keluarga-terhadap-perilaku.html

http://www.pusatmakalah.com/2014/12/makalah-pengaruh-keluarga-dan-kluarga.html


Tulisan 3 Perilaku Konsumen

TUNTUTAN BURUH ATAS KENAIKAN UMR

Setiap tanggal 1 Mei disebut dengan hari buruh internasional dengan istilah May Day. Di Indonesia, peringatan hari buruh ini diekspresikan dengan demo besar-besaran. Sepanjang tahun, tuntutan para buruh berkisar pada tiga tuntutan utama yaitu penghapusan sistem kontrak alih daya (outsourcing), perbaikan tingkat upah, dan pemberian jaminan sosial kesehatan mulai 2014. Aksi ini juga merupakan bentuk ekspresi kekecewaan para pekerja terhadap pemerintah yang dianggap tidak peka merespons aspirasi mereka. Bagaimana tidak, aksi terjadi besar-besaran di Jakarta pada 1 Mei 2013 pagi, Presiden malah bertolak ke Surabaya.

Memang tak mudah untuk memenuhi 3 tuntutan buruh diatas, bila pemenuhannya ditanggungkan pada pengusaha semata, akan ada problem baru. Pengusaha akan memasukkan komponen kenaikan upah ke dalam kenaikan biaya produksi, akan diikuti dengan keputusan menaikkan harga jual barang, terjadi inflasi, daya beli masyarakat semakin rendah dan pada gilirannya buruh tetap kesulitan memenuhi kebutuhannya.

Solusi

Seharusnya negara menata dua aspek dengan tatanan regulasi sedemikian sehingga tidak muncul problem perburuhan. Pertama, aspek mikro terkait kontrak kerja antara buruh dan pengusaha. Dengannya akan terjawab bukan hanya besaran upah, namun juga masalah kepastian kerja (PHK) dan besarnya pesangon. Kedua, aspek makro menyangkut hak setiap orang, termasuk buruh untuk memperoleh kesejahteraan. Penyelesaian aspek ini, akan menempatkan buruh dan pengusaha pada posisi tawar yang semestinya.

Solusi persoalan mikro perburuhan bisa diatasi dengan memperbaiki hubungan kontrak kerja antara pekerja dan pengusaha. Transaksi kontrak tersebut sah menurut jika memenuhi persyaratan dan ketentuan yang jelas mengenai : (a) Bentuk dan jenis pekerjaan, (b) Masa kerja, (c) Upah kerja dan (d) Tenaga yang dicurahkan saat bekerja. Jika keempat masalah tersebut jelas dan disepakati maka kedua belah pihak terikat dan harus memenuhi apa yang tercantum dalam kesepakatan tersebut.

Sedangkan aspek makro, prinsipnya setiap orang berhak mendapatkan kesejahteraan. Hal ini bisa dilakukan dengan dua cara. Pertama, pemenuhan kebutuhan sandang, pangan dan papan, ditanggungkan kepada setiap individu masyarakat. Baik dipenuhi langsung atau melalui ayah, wali dan ahli waris. Kedua, terkait kebutuhan biaya pendidikan, layanan kesehatan dan keamanan menjadi tanggung jawab negara untuk menyediakan bagi setiap warga negara. Negara tidak membebani rakyat untuk menanggung sendiri biaya pendidikan, kesehatan dan keamanannya, apalagi dengan biaya yang melambung tinggi. Selain itu negara juga memiliki tanggung jawab menyediakan berbagai fasilitas yang memudahkan setiap orang untuk berusaha (bekerja). Mulai dari permodalan, keahlian dan regulasi yang mendukung.

Dengan demikian, berbagai solusi yang dilakukan saat ini, jika tetap menggunakan model solusi ala sistem Kapitalis, pada dasarnya bukanlah sebuah solusi. Tetapi, sekedar “obat penghilang rasa sakit”. Penyakit sendiri tidak hilang, apalagi sembuh. Karena sumber penyakitnya tidak pernah diselesaikan. Karena itu, masalah perburuhan ini akan selalu muncul dan muncul, seperti lingkaran “setan”, karena tidak pernah diselesaikan.


Sumber :

http://pamongreaders.com/berita-344-solusi-mengatasi-problem-buruh.html


Tugas 9 Perilaku Konsumen

PENGARUH KELAS SOSIAL DAN STATUS SOSIAL TERHADAP TINGKAT PEMBELIAN KONSUMEN

Kelas Sosial

Kelas sosial didefinisikan sebagai pembagian anggota masyarakat ke dalam suatu hierarki status kelas yang berbeda sehingga para anggota setiap kelas secara relatif mempunyai status yang sama, dan para anggota kelas lainnya mempunyai status yang lebih tinggi atau lebih rendah. Kategori kelas sosial biasanya disusun dalam hierarki yang berkisar dari status yang rendah sampai yang tinggi.

Dasar-Dasar Pembentukan Pelapisan Sosial

Ukuran Kekayaan

Kekayaan (materi atau kebendaan) dapat dijadikan ukuran penempatan anggota masyarakat ke dalam lapisan-lapisan sosial yang ada. Barang siapa memiliki kekayaan paling banyak ia akan termasuk lapisan teratas dalam sistem pelapisan sosial. Demikian juga sebaliknya, yang tidak mempunyai kekayaan akan digolongkan ke dalam lapisan yang rendah.

Ukuran Kekuasaan dan Wewenang

Seseorang yang mempunyai kekuasaan atau wewenang paling besar akan menempati lapisan teratas dalam sistem pelapisan sosial dalam masyarakat yang bersangkutan. Ukuran kekuasaan sering tidak lepas dari ukuran kekayaan, sebab orang yang kaya dalam masyarakat biasanya dapat menguasai orang-orang lain yang tidak kaya atau sebaliknya. Kekuasaan dan wewenang dapat mendatangkan kekayaan.

Ukuran Kehormatan

Ukuran kehormatan dapat terlepas dari ukuran-ukuran kekayaan atau kekuasaan. Orang-orang yang disegani atau dihormati akan menempati lapisan atas dari sistem pelapisan sosial masyarakatnya. Ukuran kehormatan ini sangat terasa pada masyarakat tradisional. Biasanya mereka sangat menghormati orang-orang yang banyak jasanya kepada masyarakat. Pada orang tua ataupun orang-orang yang berperilaku dan berbudi luhur.

Ukuran Ilmu Pengetahuan

Ukuran ilmu pengetahuan sering dipakai oleh anggota-anggota masyarakat yang menghargai ilmu pengetahuan. Seseorang yang paling menguasai ilmu pengetahuan akan menempati lapisan tertinggi dalam sistem pelapisan sosial masyarakat yang bersangkutan. Penguasaan ilmu pengetahuan ini biasanya terdapat dalam gelar akademik, atau profesi yang disandang oleh seseorang.

Kelas sosial dalam masyarakat dapat dibedakan menjadi dua golongan besar yaitu :

Kelas Sosial Terbuka

Walaupun besar kecilnya kelas sosial tidak dapat diukur, namun secara umum dapat diketahui bahwa bentuk stratifikasi sosial dimana kelas sosial ada di dalamnya adalah berbentuk pyramid runcing keatas dengan pembagian kelas sosial atas paling sedikit. Disusul dengan kelas sosial menengah dan kelas sosial bawah paling banyak jumlahnya. Kelas sosial terbuka memungkinkan anggota kelas sosial yang ada berpindah atau bergeser ke kelas sosial yang lain, baik vertikal keatas maupun kebawah.

Kelas Sosial Tertutup

Kelas sosial dikategorikan tertutup apabila sedikit kemungkinan orang bergeser dari kelas sosial tertentu ke kelas sosial yang lain. Kasta masyarakat india misalnya merupakan salah satu contoh kelas sosial yang bersifat tertutup. Sistem kelas sosial kasta tidak memungkinkan orang untuk berpindah kasta apalagi dari kasta bawah ke kasta atas. Kedudukan sosial seseorang diperoleh melalui jalur keturunan atau hubungan darah.

Status Sosial

Status sosial adalah sekumpulan hak dan kewajiban yang dimiliki seseorang dalam masyarakatnya.

Menurut Pitirim Sorokin, mengukur status sosial seseorang dapat dilihat dari :

-Jabatan
-Pendidikan dan luasnya ilmu pengetahuan
-Kekayaan
-Politis
-Keturunan
-Agama

Menurut Engel Blackwell dan Miniard (1995) mengemukakan pendapat Gilbert dan Hahl yang menyebutkan bahwa ada sembilan variabel yang menentukan status atau kelas sosial seseorang. Kesembilan variabel tersebut digolongkan ke dalam tiga kategori, yaitu sebagai berikut :

Variabel Ekonomi
-Status pekerjaan
-Pendapatan
-Harta benda

Variabel interaksi
-Prestis individu
-Asosiasi
-Sosialisasi

Variabel Politik

-Kekuasaan
-Kesadaran kelas
-Mobilitas

Pengaruh Kelas Sosial dan Status Sosial Dalam Keputusan Pembelian

Kelas sosial dan status sosial dapat mempengaruhi keputusan pembelian pada konsumen. Semakin tinggi status dan kelas sosialnya maka akan semakin tinggi kualitas yang diinginkan. Kualitas yang tinggi selalu diikuti dengan harga yang tinggi dikarenakan produk dengan kualitas yang tinggi memiliki biaya produksi yang besar sebingga harga jualnya pun juga tinggi.


Sumber :


Tugas 8 Perilaku Konsumen

PENGARUH KEBUDAYAAN TERHADAP PEMBELIAN DAN TINGKAT KONSUMSI

Pengertian kebudayaan

Budaya atau kebudayaan berasal dari Bahasa Sankskerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia.

Definisi budaya

Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk system agama dan politik, adat istiadat, Bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni. Bahasa sebagaimana juga budaya, merupakan bagian tak terpisahkan dari diri manusia sehingga banyak orang cenderung menganggapnya diwariskan secara genetis. Ketika seseorang berusaha berkomunikasi dengan orang-orang yang berbeda budaya dan menyesuaikan perbedaan-perbedaannya, itu membuktikan bahwa budaya dipelajari.

Pengaruh Kebudayaan Terhadap Perilaku Konsumen

Pengertian perilaku konsumen menurut Shiffman dan Kanuk (2000) adalah perilaku yang diperhatikan konsumen dalam mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi dan mengabaikan produk, jasa, atau ide yang diharapkan dapat memuaskan konsumen untuk dapat memuaskan kebutuhannya dengan mengkonsumsi produk atau jasa yang ditawarkan. Sedangkan menurut Ebert dan Griffin (1995) consumer behavior dijelaskan sebagai upaya konsumen untuk membuat keputusan tentang suatu produk yang dibeli dan dikonsumsi.

Faktor Budaya

Faktor budaya memberikan pengaruh paling luas dan dalam pada perilaku konsumen. Pengiklan harus mengetahui peranan yang dimainkan oleh budaya, subbudaya dan kelas sosial pembeli. Budaya adalah penyebab paling mendasar dari keinginan dan perilaku seseorang. Sedangkan subbudaya membentuk segmen pasar penting dan pemasar seringkali merancang produk dan program pemasaran yang disesuaikan dengan kebutuhan konsumen.

Pengaruh Budaya Yang Tidak Disadari

Dengan adanya kebudayaan, perilaku konsumen mengalami perubahan. Dengan memahami beberapa bentuk budaya dari masyarakat, dapat membantu pemasar dalam memprediksi penerimaan konsumen terhadap suatu produk. Pengaruh budaya sangat alami dan otomatis sehingga pengaruhnya terhadap perilaku sering diterima begitu saja.

Pengaruh Budaya dapat Memuaskan Kebutuhan

Budaya yang ada di masyarakat dapat memuaskan kebutuhan masyarakat. Budaya dalam suatu produk yang memberikan petunjuk dan pedoman dalam menyelesaikan masalah dengan menyediakan metode “coba dan buktikan” dalam memuaskan kebutuhan fisiologis, personal dan sosial. Misalnya dengan adanya budaya yang memberikan peraturan dan standar mengenai kapan waktu kita makan, dan apa yang harus dimakan tiap waktu seseorang pada waktu makan.

Pengaruh Budaya dapat Dipelajari

Budaya dapat dipelajari sejak seseorang masih kecil, yang memungkinkan seseorang mulai mendapat nilai-nilai kepercayaan dan kebiasaan dari lingkungan yang kemudian membentuk budaya seseorang. Berbagai macam cara budaya dapat dipelajari. Seperti yang diketahui secara umum yaitu ketikan orang dewasa dan rekannya yang lebih tua mengajari anggota keluarganya yang lebih muda mengenai cara berperilaku.

Pengaruh Budaya yang Berupa Tradisi

Tradisi adalah aktivitas yang bersifat simbolis yang merupakan serangkaian langkah-langkah yang muncul dalam rangkaian yang pasti dan terjadi berulang-ulang. Tradisi yang disampaikan selama kehidupan manusia, dari lahir hingga mati. Hal ini bisa jadi sangat bersifat umum.

Struktur Konsumsi

Secara matematis struktur konsumsi yaitu menjelaskan bagaimana harga beragam sebagai hasil dari keseimbangan antara ketersediaan produk pada tiap harga (penawaran) dengan kebijakan distribusi dan keinginan dari mereka dengan kekuatan pembelian pada tiap harga (permintaan).

Dampak Nilai-Nilai Inti Terhadap Pemasar

Keinginan

Bentuk kebutuhan manusia yang dihasilkan oleh budaya dan kepribadian individu dinamakan keinginan. Keinginan digambarkan dalam bentuk obyek yang akan memuaskan kebutuhan mereka atau keinginan adalah hasrat akan penawar kebutuhan yang spesifik. Masyarakat yang semakin berkembang, keinginannya juga semakin luas, tetapi ada keterbatasan dana, waktu, tenaga dan ruang, sehingga dibutuhkan perusahaan yang bisa memuaskan keinginan sekaligus memenuhi kebutuhan manusia dengan menembus keterbatasan tersebut, paling tidak meminimalisir keterbatasan sumber daya.

Permintaan

Dengan keinginan dan kebutuhan serta keterbatasan sumber daya tersebut, akhirnya manusia menciptakan permintaan akan produk atau jasa dengan manfaat yang paling memuaskan. Sehingga muncullah istilah permintaan, yaitu keinginan manusia akan produk spesifik yang didukung oleh kemampuan dan ketersediaan untuk membelinya.

Perubahan Nilai

Budaya juga perlu mengalami perubahan nilai. Ada beberapa aspek dari perlunya perluasan perubahan budaya itu :

1.Budaya merupakan konsep yang meliputi banyak hal atau luas. Hal tersebut termasuk segala sesuatu dari pengaruh proses pemikiran individu dan perilakunya. Ketikan budaya tidak menentukan sifat dasar dari frekuensi pada dorongan biologis seperti lapar, hal tersebut berpengaruh jika waktu dan cara dari dorongan ini akan memberi kepuasan.

2.Budaya adalah hal yang diperoleh. Namun tidak memaksudkan mewarisi respon dan kecenderungan. Bagaimanapun juga, bermula dari perilaku manusia tersebut.

3.Kerumitan dari masyarakat modern yang merupakan kebenaran budaya yang jarang memberikan ketentuan yang terperinci atas perilaku yang tepat.


Sumber :


https://setevy.wordpress.com/2011/12/01/pengaruh-kebudayaan-terhadap-pembelian-dan-konsumsi/

http://annisarachmalimantara.blogspot.co.id/2014/12/pengaruh-budaya-terhadap-pembelian-dan.html


Rabu, 13 Januari 2016

Tugas 7 Perilaku Konsumen

TEKNIK MODIFIKASI PERILAKU KONSUMEN

Sikap adalah suatu bentuk evaluasi perasaan dan kecenderungan potensial untuk bereaksi yang merupakan hasil interaksi antara komponen kognitif, afektif dan konatif yang saling bereaksi didalam memahami, merasakan dan berperilaku terhadap suatu objek. Perilaku adalah tanggapan atau reaksi individu yang terwujud di gerakan ( sikap ); tidak saja badan atau ucapan.

Menurut James F. Engel – Roger D. Blackwell – Paul W. Miniard dalam Saladin (2003 : 19) terdapat tiga faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen yaitu :

1. Pengaruh lingkungan, terdiri dari budaya, kelas social, keluarga dan situasi. Sebagai dasar utama perilaku konsumen adalah memahami pengaruh lingkungan yang membentuk atau menghambat individu dalam mengambil keputusan berkonsumsi mereka. Konsumen hidup dalam lingkungan yang kompleks, dimana perilaku keputusan mereka dipengaruhi oleh keempat faktor tersebut diatas.

2. Perbedaan dan pengaruh individu, terdiri dari motivasi dan keterlibatan, pengetahuan, sikap, kepribadian, gaya hidup, dan demografi. Perbedaan individu merupakan faktor internal yang menggerakkan serta mempengaruhi perilaku. Kelima faktor tersebut akan memperluas pengaruh perilaku konsumen dalam proses keputusannya.

3. Proses psikologis, terdiri dari pengolahan informasi, pembelajaran, perubahan sikap dan perilaku. Ketiga faktor tersebut menambah minat utama dari penelitian konsumen sebagai faktor yang turut mempengaruhi perilaku konsumen dalam pengambilan keputusan pembelian.

Empat fungsi sikap yang bisa digunakan oleh pemasar sebagai metode untuk mengubah sikap konsumen terhadap produk dan atributnya menurut Daniel Katz antara lain :

Fungsi utilitarian
Fungsi mempertahankan ego
Fungsi ekspresi nilai
Fungsi pengetahuan

Dari bujukan hingga komunikasi

Konsumen adalah kelompok individual yang membeli dan mengkonsumsi barang atau jasa untuk kepentingan pribadi maupun keluarganya atau untuk maksud lain. Keputusan pembelian konsumen untuk membeli atau tidak membeli merupakan respons perilaku atas stimulant yang diterima konsumen. Model yang mendasarkan pada arus proses perilaku konsumen ini sering dikenal sebagai model rangsangan-tanggapan.

stimulan yang merupakan masukan proses perilaku dibedakan atas rangsangan pemasaran dari pemasar dan rangsangan dari lingkungan konsumen itu sendiri. Sedangkan proses pengambilan keputusan dipengaruhi oleh faktor personal maupun sosial konsumen. Respons perilaku konsumen dapat dijadikan faktor yang dapat membentuk keputusan pembelian atau tidak melakukan pembelian.

Teknik Modifikasi Perilaku

Modifikasi perilaku dapat diartikan sebagai :

1. Upaya, proses, atau tindakan untuk mengubah perilaku

2. Aplikasi prinsip – prinsip belajar yang teruji secara sistematis untuk mengubah perilaku tidak adiptif menjadi perilaku adiptif

3. Pengguna secar empiris teknik-teknik perubahan perilaku untuk memperbaiki perilaku melalui penguatan positif, penguatan negative dan hukuman

4. Usaha untuk menerapkan prinsip-prinsip proses belajar maupun prinsip-prinsip psikologi

Hasil Eksperimen pada Manusia

Modifikasi perilaku juga menekankan pengaruh belajar dan lingkungan, artinya bahwa prosedur dan teknik tritmen menekankan pada modifikasi lingkungan tempat dimana individu tersebut berada, sehingga membantunya dalam berfungsi secara lebih baik dalam masyarakat. Lingkungan tersebut dapat berupa orang, objek, peristiwa, atau situasi yang secara langsung maupun tidak langsung berdampak terhadap kehidupan seseorang. Mengikuti pendekatan ilmiah artinya bahwa penerapan modifikasi perilaku memakai prinsip-prinsip dalam psikologi belajar, dengan penempatan orang, objek, situasi, atau peristiwa sebagai stimulus, serta dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Sedangkan menggunakan metode-metode aktif dan pragmatik untuk mengubah perilaku maksudnya bahwa dalam modifikasi perilaku lebih mengutamakan apliasi dari metode atau teknik-teknik yang telah dikembangkan dan mudah untuk diterapkan.

Adapun teknik modifikasi perilaku adalah sebagai berikut :

1. Dorongan (Prompting)

Permintaan untuk melakukan suatu tindakan kepada seseorang. Barangkali setiap orang yang pernah memesan makanan di restoran fast-food pernah menjumpai dorongan.

2. Teknik Banyak Permintaan (Many asking)

Mengajukan beberapa permintaan kepada konsumen dengan mengawalinya dari permintaan yang kecil lalu ke permintaan yang lebih besar. Atau sebaliknya, diawali dari permintaan besar kemudian diikuti oleh permintaan lebih kecil.
Contoh : Menawarkan produk yang lebih mahal terlebih dahulu, kemudian menawarkan produk yang lebih murah.

3. Prinsip Resiprositas (Reprosity)

Teknik meningkatkan kepatuhan konsumen atas permintaan pemasara dengan lebih dahulu menawarkan orang bersangkutan sejumlah hadiah atau sample produk.
Contoh : memberikan sample produk gratis, mencicipi produk, test drive dan sebagainya.

4. Peran Komitmen (Committement)

Komitmen yang dipegang secara konsisten akan meningkatkan jumlah pembelian. Komitmen yang tertulis akan dapat meningkatkan konsistensi dalam bertransaksi. Perusahaan penjualan door to door telah menemukan keajaiban komitmen tertulis. Mereka dapat mengurangi tingkat pembatalan hanya dengan meminta pelanggan mengisi formulir perjanjian penjualan sebagai tanda jadi.

5. Pelabelan (labeling)

Melibatkan pelekatan semacam gambaran pada seseorang. Seperti “Anda Baik Hati”. Label diduga menyebabkan orang memandang diri mereka dengan cara yang disiratkan oleh labelnya. Pelabelan dapat digunakan oleh pemasar untuk menarik hati calon konsumen, sehingga pembelian terjadi. Pemasar pakaian dapat mengatakan, “anda orang tua yang penuh perhatian.” di saat menawarkan pakaian untuk anak orang tersebut.

6. Intensif (Insentif)

Insentif mencakup jajaran luas alat-alat promosi, seperti korting harga, undian, rabat, kontes dan kupon. Insentif biasanya mewakili komponen penting dari keseluruhan strategi promosi produk.
Contoh : mainan anak pada produk makanan anak, cairan pewangi pada produk detergen dan sebagainya.

Referensi :



http://theresiaaaw.blogspot.co.id/2014/01/mempengaruhi-sikap-dan-perilaku-5.html