Selasa, 20 Oktober 2015

Tulisan 1 Perilaku Konsumen

Kenaikan Dollar (AS) Terhadap Rupiah

Nilai mata uang rupiah terus melemah hingga sempat menembus level 14.1700 per dolar Amerika Serikat (AS). Faktor penyebabnya adalah melemahnya sejumlah indicator ekonomi di dalam negeri dan luar negeri.

Berdasarkan kurs tengah Bank Indonesia (BI) atau Jakarta Spot Dollar Rate (JISDOR), Rabu (23/9), rupiah ditutup pada level Rp. 14.623 per dolar AS atau melemah hamper satu persen dari hari sebelumnya yang sebesar Rp. 14.486 per dolar AS.

Di pasar spot penurunan rupiah malah lebih dalam. Bloomberg mencatat rupiah melemah 0,65 persen keposisi Rp. 14.646 per dolar AS. Bahkan pada perdagangan hari ini rupiah sempat menembus Rp. 14.730 per dolar AS. Jika dihitung sejak awal tahun ini, rupiah sudah melemah 18,23 persen.

Pelemahan tajam rupiah hari ini sejalan dengan memerahnya bursa saham di kawasan Asia, termasuk Bursa Efek Indonesia (BEI). Indeks harga saham gabungan (IHSG) anjlok 2,29 persen menjadi 4.244,42.

Namun Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution menilai pelemahan tajam rupiah hari ini bukan disebabkan oleh faktor di dalam negeri. “Saya tidak melihat ada faktor yang khusus dari domestik. Cuma nanti kami bicara dengan BI untuk mengetahui itu.” Katanya di Jakarta, Rabu (23/9).

Sebaliknya, Darmin menilai pelemahan rupiah dipengaruhi faktor eksternal. Yaitu melorotnya harga mayoritas komoditas dan kekhawatiran investor terhadap kondisi perekonomian Cina. “Itu yang membuat spekulasi agak menguat” imbuhnya. Padahal pemerintah semula berharap spekulasi di pasar keuangan bakal mereda setelah bank sentral AS (The Federal Reserve) memutuskan untuk mempertahankan suku bunga The Fed.

Pendapat pribadi

Kenaikan dolar AS terhadap rupiah disebabkan oleh banyak faktor. Terdapat faktor internal dan eksternal yang menyebabkan melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar. Jika dibiarkan terus melemah, maka ketahanan ekonomi Indonesia akan semakin buruk. Sebaiknya pemerintah segera melaksanakan upaya-upaya dalam memperkuat nilai tukar rupiah terhadap dolar sehingga kelangsungan dan kesejahteraan masyarakat Indonesia akan naik dan tingkat inflasi tidak tinggi. Untuk melaksanakan upaya tersebut, sebaiknya pemerintah melakukan langkah-langkah yang dirasa perlu untuk menekan nilai tukar dolar terhadap rupiah.

Langkah-langkah yang harus dilakukan kedepannya diantara lain :
·         Menjaga kestabilan harga makanan pokok
·         Meningkatkan produktivitas pertanian dan perkebunan domestik
·         Mendongkrak ekspor
·         Memakai produk dalam negeri

Sumber :





Minggu, 18 Oktober 2015

Tugas 3 Perilaku Konsumen

Faktor Yang Mempengaruhi Proses Pengambilan Keputusan Oleh Konsumen


Kotler dan Keller (2007a:214) menjelaskan bahwa proses pengambilan keputusan merupakan proses psikologis dasar yang memainkan peranan penting dalam memahami bagaimana konsumen secara aktual mengambil keputusan pembelian.
Proses pengambilan keputusan diawali dengan adanya kebutuhan yang berusaha untuk dipenuhi. Pemenuhan kebutuhan ini terkait dengan beberapa alternatif sehingga perlu dilakukan evaluasi yang bertujuan untuk memperoleh alternatif terbaik dari persepsi konsumen. Di dalam proses membandingkan ini konsumen memerlukan informasi yang jumlah dan tingkat kepentingannya tergantung dari kebutuhan konsumen serta situasi yang dihadapinya. Keputusan pembelian akan dilakukan dengan menggunakan kaidah menyeimbangkan sisi positif dengan sisi negatif suatu merek (compensatory decision rule) ataupun mencari solusi terbaik dari perspektif konsumen (non-compensatory decision rule), yang setelah konsumsi akan dievaluasi kembali.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keputusan Konsumen

·         Kebudayaan
Kebudayaan ini sifatnya sangat luas, dan menyangkut segala aspek kehidupan manusia. Kebudayaan adalah symbol dan fakta yang kompleks, yang diciptakan oleh manusia, diturunkan dari generasi ke generasi sebagai penentu dan pengatur tingkah laku manusia dalam masyarakat yang ada.

·         Kelas sosial
Pembagian masyarakat ke dalam golongan/ kelompok berdasarkan pertimbangan tertentu, misal tingkat pendapatan, macam perumahan dan lokasi tempat tinggal.

·         Kelompok referensi kecil
Kelompok ‘kecil’ di sekitar individu yang menjadi rujukan bagaimana seseorang harus bersikap dan bertingkah laku. Termasuk dalam tingkah laku pembelian, misal kelompok keagamaan, kelompok kerja, kelompok pertemanan, dll.

·         Keluarga
Lingkungan inti dimana seseorang hidup dan berkembang, terdiri dari ayah, ibu dan anak. Dalam keluarga perlu dicermati pola perilaku pembelian yang menyangkut :
Ø  Siapa yang mempengaruhi keputusan untuk membeli
Ø  Siapa yang membuat keputusan untuk membeli
Ø  Siapa yang melakukan pembelian
Ø  Siapa pemakai produknya

·         Pengalaman
Berbagai informasi sebelumnya yang diperoleh seseorang yang akan mempengaruhi perilaku selanjutnya

·         Kepribadian
Kepribadian dapat didefinisikan sebagai pola sifat individu yang dapat menentukan tanggapan untuk bertingkah laku.

·         Sikap dan kepercayaan
Sikap adalah suatu kecenderungan yang dipelajari untuk bereaksi terhadap penawaran produk dalam masalah yang baik ataupun kurang baik secara konsisten. Kepercayaan adalah keyakinan seseorang terhadap nilai-nilai tertentu yang akan mempengaruhi perilakunya.

·         Konsep diri
Konsep diri merupakan cara bagi seseorang untuk melihat dirinya sendiri, dan pada saat yang sama ia mempunyai gambaran tentang diri orang lain.


Model-model Pengambilan Keputusan

Model Perilaku Pengambilan keputusan :

·         Model Ekonomi yang dikemukakan oleh ahli ekonomi klasik dimana keputusan orang itu rasional, yaitu berusaha mendapatkan keuntungan marginal sama dengan biaya marginal atau untuk memperoleh keuntungan maksimum.

·         Model Manusia Administrasi Dikemukan oleh Herbert A. Simon dimana lebih berprinsip orang tidak menginginkan maksimalisasi tetapi cukup keuntungan yang memuaskan.

·         Model Manusia Mobicentrik Dikemukakan oleh Jennings, dimana perubahan merupakan nilai utama sehingga orang harus selalu bergerak bebas mengambil keputusan

·         Model Manusia Organisasi Dikemukakan oleh W.F. Whyte, model ini lebih mengedepankan sifat setia dan penuh kerjasama dalam pengambilan keputusan

·         Model Pengusaha Baru Dikemukakan oleh Wright Mills menekankan pada sifat kompetitif

·         Model Sosial Dikemukakan oleh Freud Veblen dimana menurutnya orang sering tidak rasional dalam mengambil keputusan diliputi perasaan emosi dan situsai dibawah sadar.

Model Preskriptif dan Deskriptif

Fisher mengemukakan bahwa pada hakekatnya ada 2 model pengambilan keputusan, yaitu:

·         Model Preskriptif Pemberian resep perbaikan, model ini menerangkan bagaimana kelompok seharusnya mengambil keputusan.

·         Model Deskriptif Model ini menerangkan bagaimana kelompok mengambil keputusan tertentu.

·         Model preskriptif berdasarkan pada proses yang ideal sedangkan model deskriptif berdasarkan pada realitas observasi

Disamping model-model diatas (model linier) terdapat pula model Spiral dimana satu anggota mengemukakan konsep dan anggota lain mengadakan reaksi setuju tidak setuju kemudian dikembangkan lebih lanjut atau dilakukan “revisi” dan seterusnya.

Tipe-tipe Proses Pengambilan Keputusan
                                     
Para ahli telah merumuskan proses pengambilan keputusan model lima tahap, meliputi:

·         Pengenalan masalah.
Proses pembelian dimulai saat pembeli mengenali masalah atau kebutuhan, yang dipicu oleh rangsangan internal atau eksternal. Rangsangan internal misalnya dorongan memenuhi rasa lapar, haus dan seks yang mencapai ambang batas tertentu. Sedangkan rangsangan eksternal misalnya seseorang melewati toko kue dan melihat roti yang segar dan hangat sehingga terangsang rasa laparnya.

·         Pencarian informasi.
Konsumen yang terangsang kebutuhannya akan terdorong untuk mencari informasi yang lebih banyak. Sumber informasi konsumen yaitu:
Sumber pribadi: keluarga, teman, tetangga dan kenalan.
Sumber komersial: iklan, wiraniaga, agen, kemasan dan penjualan.
Sumber publik: media massa dan organisasi penilai konsumen.
Sumber pengalaman: penanganan, pemeriksaan dan menggunakan produk.

·         Evaluasi alternatif.
Konsumen memiliki sikap beragam dalam memandang atribut yang relevan dan penting menurut manfaat yang mereka cari. Kumpulan keyakinan atas merek tertentu membentuk citra merek, yang disaring melalui dampak persepsi selektif, distorsi selektif dan ingatan selektif.

·         Keputusan pembelian.
Dalam tahap evaluasi, para konsumen membentuk preferensi atas merek-merek yang ada di dalam kumpulan pilihan. Faktor sikap orang lain dan situasi yang tidak dapat diantisipasi yang dapat mengubah niat pembelian termasuk faktor-faktor penghambat pembelian. Dalam melaksanakan niat pembelian, konsumen dapat membuat lima sub-keputusan pembelian, yaitu: keputusan merek, keputusan pemasok, keputusan kuantitas, keputusan waktu dan keputusan metode pembayaran.

·         Perilaku pasca pembelian.
Para pemasar harus memantau kepuasan pasca pembelian, tindakan pasca pembelian dan pemakaian produk pasca pembelian, yang tujuan utamanya adalah agar konsumen melakukan pembelian ulang.

Sumber :











Tugas 2 Perilaku Konsumen

Penggunaan Segmentasi Pasar dan Analisis Demografi Dalam Strategi Pemasaran

Pengertian Segmentasi Pasar

            Segmentasi pasar adalah pengelompokan pasar menjadi kelompok-kelompok konsumen yang homogeny, dimana tiap kelompok (bagian) dapat dipilih sebagai pasar yang dituju (ditargetkan) untuk pemasaran suatu produk. Agar segmentasi pasar dapat berjalan dengan efektif maka harus memenuhi syarat-syarat pengelompokan pasar sebagai berikut :
1.      Measurability : cirri-ciri atau sifat-sifat tertentu pembeli harus dapat diukur atau dapat didekati.
2.      Accessibility : suatu keadaan dimana perusahaan dapat secara efektif memusatkan (mengarahkan) usaha pemasarannya pada segmen yang telah dipilih.
3.      Substantiability : segmen pasar harus cukup besar atau cukup menguntungkan untuk dapat dipertimbangkan program-program pemasarannya.

Pembagian Segmen Pasar

1.      Segmentasi pasar konsumen
Yaitu membentuk segmen pasar dengan menggunakan cirri-ciri konsumen (consumer characteristic), kemudian perusahaan akan menelaah apakah segmen-segmen konsumen ini menunjukkan kebutuhan atau tanggapan produk yang berbeda.

2.      Segmentasi pasar bisnis
Yaitu membentuk segmen pasar dengan memperhatikan tanggapan konsumen (consumer responses) terhadap manfaat yang dicari, waktu penggunaan, dan merek.

Manfaat dan Kelemahan Segmentasi                                                

            Banyak perusahaan yang melakukan segmentasi pasar atas dasar pengelompokan variable tertentu. Dengan menggolongkan atau mensegmentasikan pasar seperti itu, dapat dikatakan bahwa secara umum perusahaan mempunyai motivasi untuk mempertahankan dan meningkatkan tingkat penjualan dan yang lebih penting lagi agar operasi perusahaan dalam jangka panjang dapat berkelanjutan dan kompetitif (Porter, 1991).
Manfaat yang lain dengan dilakukannya segmentasi pasar, antara lain :
1.      Perusahaan akan dapat mendeteksi secara dini dan tepat mengenai kecenderungan-kecenderungan dalam pasar yang senantiasa berubah.
2.      Dapat mendesign produk yang benar-benar sesuai dengan permintaan pasar
3.      Dapat menentukan kampanye dan periklanan yang paling efektif.

Proses Segmentasi Pasar

Proses segmentasi pasar mempunyai beberapa langkah, antara lain :
1.      Identifikasi basis segmentasi pasar
2.      Mengumpulkan informasi pasar
3.      Mengembangkan komposisi profil segmen
4.      Penetapan konsekuensi pemasaran
5.      Estimasi masing-masing potensi segmen pasar
6.      Analisis peluang pasar
7.      Penetapan penguasaan pasar

Penggunaan Segmentasi Pasar Dalam Penetapan Strategi Pemasaran

            Faktor penting lain yang harus diperhitungkan ketika mengembangkan strategi pemasaran untuk konsumen adalah “segmentasi pasar”. Segmentasi pasar berarti membagi pelanggan potensial perusahaan ke dalam berbagai segmen atau kelompok (misalnya, berdasarkan usia, jenis kelamin, agama, lokasi, dll) dan kemudian memfokuskan strategi pemasaran pada satu atau lebih kelompok-kelompok, bila menggunakan segmentasi pasar, penting untuk menentukan apa faktor-faktor yang akan dipertimbangkan. Faktor-faktor yang disebut variabel segmentasi. Variabel segmentasi perlu berhubungan dengan kebutuhan, penggunaan, atau perilaku terhadap produk atau jasa.

Analisis Demografi

            Analisis demografi meliputi set metode yang memungkinkan kita untuk mengukur dimensi dan dinamika populasi. Metode ini telah terutama dikembangkan untuk mempelajari populasi manusia, tetapi diperluas ke berbagai bidang dimana peneliti ingin tahu bagaimana populasi aktor sosial dapat mengubah seluruh waktu melalui proses kelahiran, kematian dan migrasi.

Karakteristik demografis yang paling sering digunakan sebagai dasar untuk segmentasi pasar antara lain :
·         Usia
·         Gender (jenis kelamin),
·         Status perkawinan,
·         Pendapatan, pendidikan, pekerjaan, dsb.

            Informasi demografis merupakan cara yang paling efektif dari segi biaya dan paling mudah diperoleh untuk mengenali target. Data-data demografis lebih mudah diukur daripada berbagai variabel segmentasi lain.

Sumber :



Tugas 1 Perilaku Konsumen

Pandangan Perilaku Konsumtif Secara Umum

Pengertian konsumtif
       Konsumerisme merupakan suatu paham dimana seseorang atau kelompok melakukan dan menjalankan proses pemakaian barang-barang hasil produksi secara berlebihan, tidak sadar, dan berkelanjutan. Apabila seorang konsumtif menjadikan kekonsumtifannya sebagai gaya hidup, maka orang tersebut menganut paham konsumerisme.

Indikator Perilaku Konsumtif
            Menurut Sumartono (2002), definisi konsep perilaku konsumtif amatlah variatif, tetapi pada intinya muara dari pengertian perilaku konsumtif adalah membeli barang tanpa pertimbangan rasional atau bukan atas dasar kebutuhan pokok. Dan secara operasional, indikator perilaku konsumtif yaitu :
a)      Membeli produk karena iming-iming hadiah
b)      Membeli produk karena kemasannya menarik
c)      Membeli produk demi menjaga penampilan diri dan gengsi
d)     Membeli produk atas pertimbangan harga (bukan atas dasar manfaat atau kegunaannya)
e)      Membeli produk hanya sekedar menjaga symbol status
f)       Memakai produk karena unsure konformitas terhadap model yang mengiklankan
g)      Munculnya penilaian bahwa membeli produk dengan harga mahal akan menimbulkan rasa percaya diri
h)      Mencoba lebih dari dua produk sejenis (merek berbeda)

Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumtif
            Assuari (1987) mengemukakan bahwa perilaku konsumtif dapat terjadi karena hal-hal sebagai berikut :
a.       Ingin tampak berbeda dari yang lain
Seseorang melakukan pembelian atau pemakaian dengan maksud untuk menunjukkan bahwa dirinya berbeda dengan yang lain.
b.      Ikut-ikutan
Seseorang membeli sesuatu hanya untuk meniru orang lain dan mengikuti mode yang sedang beredar.
Kemudian Stanton (1996) mengatakan bahwa ada kekuatan-keuatan psikologis yang mempengaruhi perilaku konsumtif, yaitu :
a.       Pengalaman belajar
Kunci untuk memahami perilaku pada konsumen terletak pada kemampuan menginterpreatasikan dan meramalkan proses belajar konsumen.
b.      Kepribadian
Kepribadian didefinisikan sebagai pola cirri-ciri seseorang yang menjadi faktor penentu dalam perilaku responnya.
c.       Konsep diri atau citra diri
Konsep diri dipengaruhi oleh kebutuhan psikologis dan fisik yang dibawa sejak lahir dan dipelajari selama proses perkembangan diri. Biasanya orang memilih suatu produk dan merek yang sesuai dengan konsep dirinya.

Aspek-aspek perilaku konsumtif
            Lina dan Rasyid (1997) menyebutkan ada tiga aspek dalam perilaku konsumtif, yaitu :
a.       Aspek pembeli impulsif
Aspek pembeli impulsive adalah pembelian yang didasarkan pada dorongan dalam diri individu yang muncul tiba-tiba.
b.      Aspek pembelian tidak rasional
Aspek pembelian tidak rasional adalah pembelian yang dilakukan karena kebutuhan, tetapi karena gengsi agar dapat dikesankan sebagai orang yang modern atau mengikuti mode.
c.       Aspek pembelian boros atau berlebihan
Aspek pembelian boros atau berlebihan adalah pembelian suatu produk secara berlebihan yang dilakukan oleh konsumen.

Sumber :
http://afdholhanaf.blogspot.co.id/2012/01/v-behaviorurldefaultvmlo.html

Rabu, 07 Oktober 2015

Tugas Etika Bisnis

ETIKA BISNIS

APA ITU ETIKA


Etika berasal dari bahasa Yunani kuno. Bentuk tunggal dari kata etika adalah ethos, sedangkan bentuk jamaknya yaitu etha. Ethos memiliki banyak arti yaitu : kebiasaan/adat, watak, perasaan, sikap dan cara berpikir. Sedangkan arti etha yaitu adat kebiasaan. Jadi secara etimologis etika memiliki arti yaitu ilmu tentang apa yang biasa dilakukan atau ilmu tentang adat kebiasaan.

Berikut merupakan definisi etika menurut para ahli :
  • Velasquez (2002)
Etika bisnis merupakan studi yang dikhususkan mengenai moral yang benar dan salah. Studi ini berkonsentrasi pada standar moral sebagaimana diterapkan dalam kebijakan institusi dan perilaku bisnis.
  • ·         Bertens (2000)
Bertens mengatakan bahwa etika dibedakan menjadi dua, yaitu etika sebagai praksis dan etika sebagai refleksi. Etika sebagai praksis berarti nilai-nilai dan norma-norma moral sejauh dipraktekkan atau justru tidak dipraktekkan. Sedangkan etika sebagai refleksi merupakan pemikiran moral. Menyoroti dan menilai baik buruknya perilaku orang.

APA ITU BISNIS

Terdapat dua pengertian pokok mengenai bisnis, pertama, bisnis adalah kegiatan, dan yang kedua, bisnis adalah sebuah perusahaan. Para ahli pun mendefinisikan bisnis dengan cara berbeda. Definisi Raymmond E. Glos dalam bukunya “Business: Its Nature and Environment: An Introduction”, yaitu bisnis adalah seluruh kegiatan yang diorganisasikan oleh orang-orang yang berkecimpung dalam bidang perniagaan dan industri yang menyediakan barang dan jasa untuk kebutuhan mempertahankan dan memperbaiki standar serta kualitas hidup mereka.

Bisnis modern merupakan realitas yang amat kompleks. Banyak faktor turut mempengaruhi dan menentukan kegiatan bisnis. Kompleksitas bisnis itu berkaitan langsung dengan kompleksitas masyarakat modern sekarang. Sebagai kegiatan sosial, bisnis dengan banyak cara terjalin dengan kompleksitas masyarakat modern itu. Semua faktor yang membentuk kompleksitas bisnis modern sudah sering dipelajari dan dianalisis melalui berbagai pendekatan ilmiah, khususnya ilmu ekonomi dan teori manajemen. Guna menjelaskan aspek ini, bisnis sebagai kegiatan sosial bisa disoroti dari beberapa sudut pandang yaitu :
  • ·         Sudut pandang ekonomis
Bisnis adalah kegiatan ekonomis. Yang terjadi dalam kegiatan ini adalah tukar-menukar, jual-beli, memproduksi-memasarkan, bekerja-mempekerjakan, dan interaksi manusiawi lainnya, dengan maksud memperoleh untung. Dalam bisnis modern, untung itu diekspresikan dalam bentuk uang, tetapi hal tersebut tidak hakiki untuk bisnis.
  • ·         Sudut pandang moral
Disamping aspek ekonomis terdapat juga aspek moral. selalu ada kendala etis bagi perilaku kita, tidak semuanya bisa kita lakukan untuk mengejar tujuan kita (keuntungan). Kita harus menghormati kepentingan dan hak orang lain. Pantas diperhatikan lagi bahwa dengan itu kita sendiri tidak dirugikan. Sebaliknya, menghormati kepentingan dan hak orang lain harus dilakukan juga demi kepentingan bisnis itu sendiri.
  • ·         Sudut pandang hukum

Tidak diragukan lagi bisnis juga terikat dengan hukum. Hukum dagang atau hukum bisnis merupakan cabang penting dari ilmu hukum modern. Dan dalam praktek hukum banyak masalah timbul dalam hubungan dengan bisnis, pada taraf nasional maupun internasional. Hukum merupakan sudut pandang yang normatif, karena menetapkan apa yang harus dilakukan atau tidak boleh dilakukan. Dari segi norma, hukum bahkan lebih lebih jelas karena peraturan hukum dituliskan hitam diatas putih dan ada sanksi tertentu bila terjadi pelanggaran.


PENGERTIAN ETIKA BISNIS

Dari pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa etika bisnis merupakan cara untuk melakukan kegiatan bisnis yang didasari pedoman dalam berperilaku.


Etika bisnis dapat dijalankan dalam tiga taraf yaitu : taraf makro, meso, dan mikro. Tiga taraf ini berkaitan dengan tiga kemungkinan yang berbeda untuk menjalankan kegiatan ekonomi dan bisnis.
  • Pada taraf makro, etika bisnis mempelajari aspek-aspek moral dari sistem ekonomi sebagai keseluruhan.
  • ·     Pada taraf meso, etika bisnis menyelidiki masalah etis dibidang organisasi. Organisasi disini dapat berupa perusahaan, serikat buruh, lembaga masyarakat dan lain-lain.

  • ·      Pada taraf mikro, yang difokuskan adalah individu dalam hubungannya dengan ekonomi dan bisnis.
PRINSIP-PRINSIP ETIKA BISNIS
  • ·         Prinsip Otonomi
Orang bisnis yang otonom sadar akan apa yang menjadi kewajibannya dalam dunia bisnis. Ia akan sadar dengan tidak begitu saja mengikuti norma dan nilai moral yang ada, namun juga melakukan sesuatu karena tahu dan sadar bahwa hal itu baik, karena sudah dipertimbangkan dengan baik dan benar.
  • ·         Prinsip Kejujuran
Bisnis tidak akan bertahan lama jika tidak ada kejujuran, karena kejujuran merupakan modal untuk mendapatkan kepercayaan dari orang lain baik berupa kepercayaan komersial, material, maupun moril. Kejujuran menuntut adanya keterbukaan dan kebenaran.
  • ·         Prinsip kadilan
Prinsip ini menuntut agar setiap orang diperlakukan sama sesuai aturan yang dapat dipertanggung jawabkan. Keadilan berarti tidak ada pihak yang merasa dirugikan hak dan kewajibannya.
  • ·         Prinsip saling menguntungkan
Prinsip ini menuntut agar semua pihak berusaha untuk dapat saling menguntungkan sehingga tercipta win-win situation dalam persaingan bisnis.
  • ·         Prinsip integritas moral
Prinsip ini menyarankan dalam berbisnis selayaknya dijalankan dengan tetap menjaga nama baiknya dan juga nama baik perusahaan.

TEORI ETIKA

Apa yang membuat kehidupan manusia dan masyarakat menjadi baik? Jika kita mencari dasar lebih mendalam lagi perlakuan yang berbeda-beda itu, kita memasuki wilayah teori etika.

Berikut beberapa contoh teori etika :
  • ·         Utilitarisme
Menurut teori ini suatu perbuatan adalah baik jika membawa manfaat, tapi manfaat itu harus menyangkut bukan saja satu dua orang melainkan masyarakat sebagai keseluruhan.
  • ·         Deontologi
Jika utilitarisme menggantungkan moralitas perbuatan pada konsekuensinya, maka deontologi melepaskan sama sekali moralitas dari konsekuensi perbuatan. Yang menjadi dasar bagi baik buruknya perbuatan adalah kewajiban.
  • ·         Teori hak
Sebetulnya teori hak merupakan suatu aspek dari teori deontologi, karena hak berkaitan dengan kewajiban. Hak dan kewajiban bagaikan dua sisi dari uang logam yang sama. Kewajiban satu orang biasanya serentak berarti juga hak dari orang lain.
  • ·         Teori keutamaan
Dalam teori-teori yang dibahas sebelumnya, baik buruknya perilaku manusia dipastikan berdasarkan suatu prinsip atau norma. Dalam teori keutamaan tidak ditanyakan apakah suatu perbuatan tertentu adil, jujur, atau murah hati melainkan apakah orang itu bersikap adil, jujur, atau murah hati.

EKONOMI DAN KEADILAN

Keadilan merupakan suatu topik penting dalam etika. Sulit sekali untuk dibayangkan orang atau instansi yang berlaku etis tetapi tidak mempraktekkan keadilan atau bersikap tak acuk terhadap ketidakadilan. Secara khusus keadilan itu penting dalam konteks ekonomi dan bisnis, karena tidak pernah sebatas perasaan atau sikap batin saja tetapi menyangkut kepentingan atau barang yang dimiliki atau dituntut oleh berbagai pihak.

Keadilan bisa dibagi dengan berbagai cara, berikut beberapa pembagian keadilan yang dianggap berguna :
  • Keadilan Distributif
Berdasarkan keadilan ini negara harus membagi segalanya dengan cara yang sama kepada para anggota masyarakat. contohnya perlindungan hukum, besar kecilnya beban pajak, dan sebagainya.
  • Keadilan Retributif
Berkaitan dengan terjadinya kesalahan. Hukuman atau denda yang diberikan kepada orang yang bersalah haruslah bersifat adil. contohnya kesalahan pertama karyawan diberikan  teguran, kesalah kedua diberikan surat peringatan, kesalahan ketiga diberikan sanksi pemecatan.
  • Keadilan Kompensatoris
Menyangkut juga dengan kesalahan yang dilakukan, tetapi menurut aspek lain. Berdasarkan keadilan ini orang mempunyai kewajiban moral untuk memberikan kompensasi atau ganti rugi kepada orang atau instansi yang dirugikan. Contohnya jika terjadi kecelakaan pesawat, korban mendapatkan dana santunan berupa sejumlah uang.

PRINSIP-PRINSIP KEADILAN DISTRIBUTIF

Dibawa ini akan dijelaskan beberapa prinsip material keadilan distributif, dengan secara khusus memperhatikan konteks ekonomi dan bisnis.
  • Bagian yang sama
Menurut prinsip ini kita harus membagi dengan adil, dengan cara membagai rata kepada semua orang yang berkepentingan.
  • Kebutuhan
Prinsip ini menekankan bahwa kita berlaku adil, bila kita membagi sesuai kebutuhan.
  • Hak
Hak merupakan hal yang penting bagi keadilan pada umumnya, termasuk keadilan distributif. Karyawan yang dipekerjakan di suatu perusahaan akan menandatangani perjanjian kerja. Dengan demikian haknya terhadap perusahaan telah dirumuskan secara jelas.
  • Usaha
Mereka yang mengeluarkan banyak usaha dan keringat untuk mencapai suatu tujuan pantas diperlakukan dengan cara lain daripada orang yang tidak berusaha.
  • Kontribusi kepada masyarakat
Pejabat tinggi boleh saja diperlakukan dengan cara lain dari orang biasa, karena kontribusinya kepada masyarakat lebih besar. prinsip ini menyatakan bahwa hal itu adil.
  • Jasa
Menurut prinsip ini jasa menjadi alasan juga untuk memberikan sesuatu kepada satu orang yang tidak diberikan kepada orang lain. Dalam konteks ekonomi dan bisnis, jasa terutama tampak dalam bentuk prestasi.

Berdasarkan prinsip-prinsip material ini telah dibentuk beberapa teori keadilan distributif. Berikut beberapa contohnya :
  • Teori Egalitarianisme
teori egalitariasnisme didasarkan atas prinsip bagian yang sama. Kita baru membagi dengan adil, bila semua orang mendapat bagian yang sama. Membagi dengan adil berarti membagi rata. Jika karena alasan apa saja tidak semua orang mendapat bagian yang sama, menurut egalitarianisme pembagian itu tidak adil.
  • Teori Sosialistis
teori sosialistis tentang keadilan distributif memilih prinsip kebutuhan sebagai dasarnya. menurut mereka masyarakat diatur dengan adil, jika kebutuhan semua warganya terpenuhi, seperti kebutuhan akan sandang, pangan, dan papan. Secara konkret, sosialisme terutama memikirkan masalah-masalah pekerjaan bagi kaum buruh dalam konteks industrialisasi.
  • Teori Liberalistis
liberalisme justru menolak pembagian atas dasar kebutuhan sebagai ketidak adilan. Karena manusia adalah makhluk bebas, kita harus membagi menurut usaha-usaha bebas dari individu-individu yang bersangkutan. Yang tidak berusaha tidak mempunyai hak untuk memperoleh sesuatu.

PERANAN ETIKA DALAM BISNIS

Jika perusahaan ingin mencatat sukses dalam bisnis, menurut Richard De George ia membutuhkan  tiga hal pokok: produk yang baik, manajemen yang mulus, dan etika. Selama perusahaan memiliki produk yang bermutu serta berguna bagi masyarakat dan disamping itu dikelola dengan manajemen yang tepat tetapi tidak memilki etika, maka kekurangan ini cepat atau lambat akan menjadi batu sandungan baginya.

Bisnis dalam konteks moral

Bisnis merupakan suatu unsur penting dalam masyarakat. Hampir semua orang terlibat didalamnya. Malah bisa dikatakan semakin maju suatu masyarakat, makin besar pula ketergantungan satu sama lain di bidang ekonomi. Bisnis merupakan suatu unsur mutlak perlu dalam masyarakat modern. Tetapi kalau merupakan suatu fenomena sosial yang begitu hakiki, bisnis tidak dapat dilepaskan dari aturan-aturan main yang selalu harus diterima dalam pergaulan sosial, termasuk juga aturan-aturan moral.

Bisnis dalam konteks Amoral

Dalam bisnis orang menyibukkan diri dengan jual-beli, dengan membuat produk atau menawarkan jasa, dengan merebut pasaran, dengan mencari untung saja, tapi orang tidak berurusan dengan etika atau moralitas. Moralitas menjadi urusan individu, tetapi kegiatan bisnis itu sendiri tidak berkaitan langsung dengan etika. Moralitas tidak mempunyai relevansi bagi bisnis.

IMPEMENTASI ETIKA BISNIS DALAM PERUSAHAAN UNILEVER INDONESIA

Etika, nilai, dan praktik-praktik kepatuhan Unilever Indonesia dirangkum dalam prinsip bisnisnya. (CoBP : Code of Business Principles). Prinsip bisnis ini menguraikan standar perilaku operasional yang diharapkan untuk dipatuhi oleh setipa warga perseroan dalam berhubungan dengan pihak eksternal maupun pihak internal perusahaan.

Prinsip Bisnis Unilever (CoBP) dapat diuraikan sebagai berikut :
  • Pedoman perilaku : 
Unilever menjalankan usahanya secara jujur, penuh integritas dan terbuka, dan dengan menghargai hak-hak azasi manusia serta kepentingan para karyawannya.
  • Kepatuhan terhadap undang-undang : 
Perusahaan-perusahaan Unilever dan para karyawannya diwajibkan mematuhi ketentuan hukum dan peraturan di negara tempat perusahaan beroperasi.
  • Karyawan : 
Unilever berkomitmen menghargai keberagaman dalam lingkungan kerja dimana ada rasa saling percaya dan menghargai dan dimana setiap orang merasa bertanggung jawab terhadap kinerja dan reputasi perseroan. Berkomitmen untuk menciptakan lingkungan kerja yang aman dan sehat bagi karyawan. Tidak akan menggunakan segala bentuk paksaan, tekanan ataupun pekerja anak-anak.
  • Pemegang saham : 
Unilever menjalankan usahanya sesuai dengan prinsip-prinsip tata kelola perusahaan terbaik yang berlaku secara internasional. Memberikan informasi secara tepat waktu, teratur dan dapat dipercaya tentang aktivitas-aktivitas, struktur, situasi finansial dan kinerja perusahaan kepada seluruh pemangku kepentingan.
  • Mitra bisnis : 
Unilever berkomitmen untuk membina hubungan yang saling menguntungkan dengan pemasok, pelanggan dan mitra bisnis.
  • Perlibatan dengan masyarakat : 
Unilever berusaha menjadi warga korporasi yang terpercaya dan sebagai integral dari masyarakat untuk memenuhi tanggung jawab kepada lingkungan dan masyarakat.
  • Kegiatan kemasyarakatan : 
Perusahaan-perusahaan Unilever didorong untuk memperjuangkan dan mempertahankan kepentingan bisnis mereka yang sah. Unilever akan bekerja sama dengan pemerintah dan lembaga-lembaga lainnya, baik secara langsung maupun melalui lembaga-lembaga seperti KADIN, dalam pengembangan rancangan undang-undang dan peraturan-peraturan lain yang dapat mempengaruhi kepentingan bisnis yang sah. Unilever tidak mendukung partai politik maupun menyumbang dana kepada kelompok-kelompok yang dianggap akan mendukung kepentingan partai politik tertentu.
  • Lingkungan : 
Unilever berkomitmen untuk melaksanakan penyempurnaan secara terus menerus dalam pengelolaan dampak lingkungan dan terhadap tujuan jangka panjang untuk mewujudkan bisnis yang berkelanjutan.
  • Inovasi : 
Dalam langkah inovasi ilmiahnya untuk memenuhi kebutuhan konsumen, Unilever akan menghargai aspirasi konsumen maupun masyarakat. Unilever akan bekerja atas dasar ilmiah dalam penerapan standar keamanan produk secara ketat.
  • Persaingan : 
Unilever percaya terhadap manfaat kompetisi yang ketat namun sehat dan mendukung pengembangan undang-undang persaingan yang tepat.
  • Integritas usaha : 
Unilever tidak memberikan atau menerima baik secara langsung maupun tidak langsung, suap atau manfaat lain yang tidak layak bagi bisnis maupun perolehan finansial.
  • Benturan kepentingan : 
Seluruh karyawan Unilever diharapkan untuk menghindari kegiatan pribadi dan kepentingan finansial yang dapat menimbulkan benturan dengan tanggunga jawab mereka terhadap perusahaan.
  • Mekanisme pelaporan pelanggaran :
Mekanisme pelanggaran di Unilever Indonesia dikenal sebagai skema Blue Umbrella. Dapat dimanfaatkan oleh semua karyawan untuk melaporkan setiap tindakan pelanggaran atau dugaan pelanggaran terhadap prinsip-prinsip bisnis Unilever, ataupun setiap tindak penyimpangan terhadap etika atau perilaku yang tidak sah. Hal ini memberikan pilihan bagi karyawan untuk melaporkan perilaku tersebut, dengan persyaratan konfidensial kepada sebuah unit independen bila mereka tidak bersedia atau tidak dapat melaporkannya melalui atasan langsung. Sebagai alternatif, karyawan dapat melaporkan melalui hotline global ethics Unilever. Untuk hal demikian, isu akan ditindak lanjuti oleh Unilever Global.

SUMBER :

Bertens, Kees. Pengantar Etika Bisnis (Seri Filsafat Atmajaya;21), Yogyakarta, Penerbit Kanisius, 2000.

Manual G. Velasquez, Business Ethics, Concept and Case, 5th edition Edisi Bahasa Indonesia Penerbit ANDI.

De George, Richard, Business Ethics, New York, Macmillan Publishing Company, edisi ke-2, 1986

DR. Erni R. Ernawan,SE.MM., Business Ethics, Penerbit Alfabeta, Bandung.

Umar, Husain. 2000. Business An Introduction. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

http://www.pengertianahli.com/2013/09/pengertian-bisnis-business-menurut-ahli.html

http://www.unilever.co.id/id/aboutus/tatakelolausaha/etikakorporasi/